Langsung ke konten utama

Featured Post

Tingkatkan pengetahuan melalui Kampus Mini dengan Konsep Memanusiakan manusia

  Bondowoso. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIS Darul Falah Bondowoso menghadiri Kegiatan Kampus mini perdana dengan tema "Konsep memanusiakan manusia", acara ini berlangsung pada hari Kamis 29/05/2025, Pukul 15. 30 WIB hingga 17.00 WIB. Bertempat dikampus STIS Darul Falah , setidaknya ada 40 peserta dari total keseluruhan peserta yang hadir dalam diskusi tersebut. Kampus mini merupakan program rutin yang diadakan oleh BEM STIS Darul Falah setiap minggu dengan memanfaatkan waktu libur kampus. Setelah sempat terhenti selama beberapa bulan, kegiatan ini kembali diadakan sebagai program perdana pasca masa vakum. Berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, kali ini BEM mengambil kebijakan baru dengan melibatkan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) sebagai koordinator utama acara. HMPS HES dan HKI bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan, sementara BEM berperan sebagai penanggung jawab secara keseluruhan. Kebijakan ini diharapkan dapat memastikan kelangsungan kegiatan ka...

CAHAYA DI TENGAH GELAP

ilustrasi gambar Imam Ghazali dan Imam Ahmad

Di sebuah desa kecil di Khurasan, hiduplah seorang pemuda bernama Ahmad. Ahmad adalah seorang pelajar yang sangat cerdas, dikenal di desanya sebagai seseorang yang memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Namun, meskipun banyak ilmu yang ia pelajari, ia merasakan ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Ia sering merasa kosong, seolah ada kegelapan yang menyelimuti hatinya meskipun ia berada di tengah-tengah ilmu pengetahuan.

Suatu malam, ketika Ahmad sedang merenung di bawah bintang-bintang, ia mendengar tentang seorang ulama terkenal yang tinggal di kota yang jauh. Ulama itu adalah Imam Ghazali, seorang pemikir dan ahli teologi yang terkenal dengan kebijaksanaannya. Ahmad memutuskan untuk mengunjungi Imam Ghazali, berharap mendapatkan jawaban atas keraguannya.

Perjalanan menuju kota Imam Ghazali tidaklah mudah. Ahmad harus melewati gurun yang gersang dan pegunungan yang terjal. Namun, tekadnya untuk menemukan cahaya dalam hidupnya menguatkan langkahnya. Setelah beberapa minggu perjalanan, Ahmad akhirnya tiba di kota tempat Imam Ghazali tinggal.

Setibanya di kota, Ahmad mencari informasi tentang keberadaan Imam Ghazali. Ia menemukan bahwa Imam Ghazali sedang mengadakan ceramah di sebuah masjid besar. Ahmad segera menuju masjid tersebut dan duduk di antara jamaah yang sudah berkumpul.

Ketika Imam Ghazali naik ke mimbar, suasana masjid menjadi hening. Semua orang menantikan kata-kata yang akan disampaikan. Imam Ghazali memulai ceramahnya dengan suara yang lembut namun penuh kekuatan. Ia berbicara tentang konsep hidup yang lebih dalam daripada sekadar pengetahuan intelektual: tentang hubungan hati dengan Tuhan, tentang menemukan makna dan tujuan hidup yang sebenarnya.

Ahmad mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan. Ia terpesona oleh kebijaksanaan Imam Ghazali dan merasa seolah-olah sebuah cahaya mulai menyinari hatinya yang selama ini gelap. Imam Ghazali menjelaskan bagaimana ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan kebijaksanaan spiritual dan bagaimana kedekatan dengan Tuhan dapat memberikan pencerahan yang tidak bisa dicapai hanya dengan pemahaman intelektual semata.

Saat ceramah berakhir, Ahmad merasa terdorong untuk mendekati Imam Ghazali. Ia menyampaikan rasa terima kasihnya dan mengungkapkan keraguannya yang selama ini mengganggu pikirannya. Imam Ghazali dengan bijaksana mendengarkan cerita Ahmad dan berkata, "Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Ketika hati kita bersih dan penuh dengan cinta kepada-Nya, maka segala ilmu yang kita miliki akan menjadi terang benderang."

Imam Ghazali melanjutkan, "Jangan hanya mengejar pengetahuan semata. Carilah kebijaksanaan melalui pengabdian dan kedekatan dengan Tuhan. Hanya dengan cara ini, kamu akan menemukan makna sejati dari hidupmu."

Ahmad pulang dengan hati yang penuh dengan keyakinan baru. Ia memulai perjalanan spiritualnya, berusaha menggabungkan pengetahuan yang ia miliki dengan kebijaksanaan yang baru ditemukannya. Dalam perjalanan itu, ia menemukan bahwa kegelapan yang menyelimuti hatinya perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh cahaya yang menyinari setiap langkahnya.

Kehidupan Ahmad berubah secara dramatis. Ia tidak hanya menjadi seorang pelajar yang cerdas tetapi juga seorang yang bijaksana, menginspirasi banyak orang di sekelilingnya dengan kebijaksanaan yang ia pelajari. Dan di setiap langkah hidupnya, ia selalu mengingat nasihat Imam Ghazali, bahwa pencarian makna sejati dalam hidup adalah melalui kedekatan dengan Tuhan, bukan hanya melalui pengetahuan semata.

Dengan penuh rasa syukur, Ahmad menjalani hidupnya, menyebarkan cahaya yang ia temukan kepada orang lain, membuat dunia di sekelilingnya menjadi tempat yang lebih terang dan penuh harapan.

**---**


Penulis : Dima Chusanti 

Komentar